By. Yurattia Yudian
(Ummi)
ada pelita disudut kamar menarikan bayang wajah penuh harap
pedih merekah di pelukan malam tak berbintang
di kesunyian malam, hitam kelam menghantui diam
lalu kabar itu pecah.
persalinan bersimbah darah.
peluh mengalir menyusuri pori pori wajah.
keringat dan air mata bercampur mengucur deras
sederas degub jantung, penuh harap, cemas.
(Abi)
tergesa langkah meningkahi debu padang pasir.
mencari pasti.
akan kah angin menghembuskan kabar yang dinanti
atau duka yang memalukan dan mencabik cabik harga diri?
harap cemas menari di sepanjang harapan
Namun…
serasa menggelegar petir menyambar. bukan semilir angin nan menyampaikan berita, tapi
topan tornado memecah kegalauan malam
lalu, menggertakkan geraham, meremas jemari dengan raut wajah terhina.
ada amarah menghitam di kelam wajah.
tak terima pemberian Tuhan berkelaminkan perempuan
terhina, menolak bahagia, busungkan dada berteriak pada kelam malam,
“petaka apa yang kudapat malam ini,
mari segera kubur se-onggok daging dan te-tulang ini”
( Aku)
duhai… adakah qudrat mu merenggut nyawa
menggali liang pengubur asa
sampai kau tega memakai jubah Tuhan
siapkah engkau memberi jawab
ketika ummi meminta kembali bayinya
dan bayi bertanya ia tersalah apa
Beri Komentar