
Tuan,
apa yang telah kau semaikan dalam sunyi jiwaku?
Hingga benih-benih takut tumbuh liar tanpa kendali.
Apa yang telah kau rampas dari gadis kecil ini,
hingga matanya tak lagi mengenal cahaya mimpi?
Aku melangkah di jalan berduri
dengan jiwa yang gemetar,
dikejar bayanganmu yang tak pernah punya wajah,
namun selalu hadir dalam detak cemas.
Tuan,
apa yang menanti di ujung kisah ini?
Aku ingin merangkai kembali serpihan yang berserakan,
tapi tanganmu kerap mengguncang
bangunan rapuh yang kupahat dari luka dan harap.
Jangan hempaskan aku saat aku tengah belajar berdiri.
Jangan cabik kain tipis ketenangan
yang kupintal dari sisa-sisa keberanian.
Tuan,
aku lelah menjadi tawanan
dari rasa yang bahkan tak mampu kusebut namanya.
Lepaskanlah, atau beri aku cahaya
agar aku tahu, ke mana harus melangkah.
Oleh: Mutia Rafeyfa Ulya